Jalan itu hanya setapak dan cukup licin ditimpa gerimis. Tapi Nur Cholis tak surut langkah demi melihat panen ikan bawal tawar hasil budidaya kelompoknya. Pria yang akrab disapa Aki ini adalah pembudidaya dan pedagang ikan bawal tawar KJA (Keramba Jaring Apung) di Waduk Cirata Cianjur Jawa Barat. “Panen seperti ini saya lakukan setiap hari, dengan kuantitas ikan bawal yang dipanen sebesar 7 - 8 ton,” akunya.
Hasil panen tersebut selanjutnya dipasarkan ke Jakarta, Cikampek, dan sekitar Bandung. Bahkan, dulu pernah ikan dijual sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Palembang dan Lampung. Harga jual saat ini Rp 10.000 per kg dengan jumlah ikan bervariasi, tergantung permintaan. ”Satu kg berjumlah 4 sampai 7 ekor,” cetusnya.
Ikan bawal tawar yang dijual setiap hari itu bukan semata hasil budidaya Aki, melainkan hasil dari seluruh anggota kelompok yang berjumlah 70 orang. Khusus untuk Aki baru bisa panen seminggu sekali. Yaitu dari 10 unit KJA (1 unit terdiri atas 4 petak) miliknya sendiri, dengan kapasitas 20.000 ekor per unitnya. ”Total kolam yang saya punya 21 unit, sisanya untuk ikan gurami dan nila,” sebutnya.
Hasil panen tersebut selanjutnya dipasarkan ke Jakarta, Cikampek, dan sekitar Bandung. Bahkan, dulu pernah ikan dijual sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Palembang dan Lampung. Harga jual saat ini Rp 10.000 per kg dengan jumlah ikan bervariasi, tergantung permintaan. ”Satu kg berjumlah 4 sampai 7 ekor,” cetusnya.
Ikan bawal tawar yang dijual setiap hari itu bukan semata hasil budidaya Aki, melainkan hasil dari seluruh anggota kelompok yang berjumlah 70 orang. Khusus untuk Aki baru bisa panen seminggu sekali. Yaitu dari 10 unit KJA (1 unit terdiri atas 4 petak) miliknya sendiri, dengan kapasitas 20.000 ekor per unitnya. ”Total kolam yang saya punya 21 unit, sisanya untuk ikan gurami dan nila,” sebutnya.
Begitulah, sekelumit gambaran budidaya bawal air tawar kian berkembang di Cirata. Di waduk ini, budidaya ikan yang awalnya didatangkan sebagai ikan hias tersebut mulai marak pada 2005. Saat itu terjadi serangan virus yang membuat banyak ikan mas mati. Karena alasan ini maka tak sedikit pembudidaya ikan mas yang beralih membudidayakan ikan bawal. Dan kini terbukti pilihan tersebut tak salah karena prospek ikan bawal yang besar.
Aki mencontohkan permintaan pasar yang ia termina minimal 7 – 10 ton per hari. ”Itu hanya untuk seorang bandar saja,” ucap ayah 2 anak ini bangga. Jika di Cirata saat ini ada 10 bandar ikan yang menjual bawal setiap harinya maka total serapan pasar di sana mencapai kurang lebih 70 ton per hari!
Fenomena kian bergairahnya budidaya bawal air tawar ini juga tak luput dari pengamatan pakar genetika ikan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Prof Komar Sumantadinata. Kepada TROBOS Komar menyebutkan, perkembangan budidaya ikan bernama latin Colossoma macropomum Cuvier ini sangat cepat.
Indikasinya, menurut Komar, banyak orang terjun pada pembenihannya. Juga banyak bermunculan pembudidaya mulai dari kolam sampai KJA. Di daerah asal ikan bawal yaitu Amerika Selatan, sekarang sudah menjadi ikan budidaya. Tren budidaya bawal ini juga terjadi di China. “Indikasi lainnya kian banyak menu ikan bawal tawar ditemui di rumah-rumah makan,” ungkap Komar.
Kondisi tersebut diamini Icep Dadan Kardian yang merupakan pembudidaya bawal di Cirata. Menurutnya, perkembangan budidaya ikan yang bentuknya mirip ikan piranha ini dari hari ke hari semakin besar. Juga banyak lahir pelaku budidaya baru setiap harinya. Hal ini menurut Icep disebabkan antara lain waktu pemeliharaan ikan bawal yang relatif singkat hanya sekitar 2 bulan. Baik dari larva menjadi ukuran 1 - 2 cm, maupun untuk pembesaran ukuran 2 - 3 cm sampai ukuran konsumsi. “Total waktu hanya 4 bulan dari larva sampai panen, “ jelasnya.
Dari pengamatan Direktur Produksi Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Iskandar Ismanadji, perkembangan ikan bawal di tanah air layaknya diesel, lambat di awal tapi melejit kemudian. “Dibandingkan lele yang langsung menjadi populer sejak pertama kalinya di Indonesia, ikan bawal tawar justru sebaliknya, butuh waktu lama untuk dikenal masyarakat Indonesia. Namun, kepopuleran ikan bawal tawar terus menunjukkan tren peningkatan dari waktu ke waktu,” ucapnya.
Selengkapnya baca majalah Trobos edisi Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar