Mungkin Anda pernah mendengar dengar anak mengalami fobia
pada gelap, fobia ketinggian, fobia badut dan lainnya. Tak hanya anak
bahkan orang dewasa masih sering mengalami fobia.
Apa itu fobia?
Kata fobia berasal dari kata phobos (bahasa Yunani) yang
berarti serangan panik atau teror. Seorang penderita fobia akan
mengalami ketakutan secara tidak rasional. Bila tidak diatasi fobia
pada anak bisa menganggu aktivitasnya sehari-hari.
Ragil (3), mengalami fobia terhadap gelap. Setiap kali tidur, lampu
di kamar harus tetap menyala. Nah, masalah timbul saat listrik padam.
Ia sontak akan menangis, walaupun sang ibu berusaha menenangkannya.
Orangtua Ragil kadang dibuat pusing akibat masalah fobia ini.
Gelagat takut gelap ditunjukkan Ragil tidak hanya dengan menangis,
tapi juga duduk di pojok ruangan sambil memeluk lutut dan menutup mata.
Hj Fitri Sukmawati M Psi, Psikolog dari Layanan Psikologi Terapan
Ghandur, menjelaskan bahwa fobia atau ketakutan terbagi menjadi dua.
Yaitu fobia rasional dan fobia irasional.
Fobia rasional atau fobia yang masih bisa dimaklumi, contohnya
anak takut terhadap gelap karena khawatir ada hantu. Hal ini wajar saja
ketika lampu padam lalu suasana rumah gelap gulita. Apalagi bila anak
sedang sendirian di kamar.
"Ini kita sebut masih rasional atau wajar. Karena anak baru
menyesuaikan. Tapi yang sudah tidak wajar bila takutnya saat sore dan
mau menjelang malam, mulai lah si anak mengalami ketakutan. Ini sudah
masuk irasional atau tidak wajar," katanya kepada Tribun, Jumat (2/4).
Orangtua dapat membantu anak mengatasi fobia gelap. Dengan cara
mengajak anak bersama menghidupkan lilin. "Selanjutnya bilang seperti
ini kepada anak, kalau gelap tidak ada apa-apa kan? Jadi anak mulai
terbiasa pada gelap," jelasnya.
Ia mencontohkan lagi anak yang fobia terhadap jenis binatang
tertentu. Jika demikian, orangtua bisa menuntun dengan menunjukkan
gambar dari bintang tersebut.
Kemudian kenalkan binatang tersebut memang jinak pada anak,
sehingga tidak terus ketakutan bila menjumpai binatang tersebut. Hal
ini harus dilakukan secara kontinu.
Menurut Fitri, fobia bisa disebabkan adanya trauma pada anak.
Pengalaman buruk yang dialami anak tersebut sehingga menyebabkan ia
menjadi tertekan. Bisa pula karena ditakut-takuti. Hal ini berbahaya,
dapat menyebabkan fobia irasional atau sudah tidak wajar.
Perlu terapi mengatasi fobia irasional. Yakni lewat konseling atau
mendengarkan dan menggali penyebab dari fobia tadi. Serta harus
dilakukan berulang-ulang.
Fobia pada anak memang aneh-aneh. Sebut saja yang fobia pada karet
mungkin karena sering disentil pakai benda ini jadi akhirnya takut.
Fobia pergi ke sekolah karena mungkin ada masalah kekerasan fisik
dialami anak. Dan banyak lagi lainnya.
"Orangtua harus tahu dulu apa yang terjadi pada anak baru bisa
bantu mengatasinya. Tiap anak harus dilatih untuk menjadi berani. Tapi
tetap harus memperhatikan etika jadi jangan sampai beraninya malah
kebablasan," kata Fitri.
Faktor lingkungan juga ikut menentukan keberanian anak. Misalkan
tayangan horor di televisi yang tidak mendidik akan mempengaruhi pola
pikir anak. Sehingga menimbulkan ketakutan dibuat-buat. (nin)
0 komentar:
Posting Komentar