PENDAHULUAN
Grass Carp (Ctenopharyngodon idella)
berasal dari China bagian timur dan USSR. Ikan ini didatangkan ke
Indonesia (Sumatera) pada tahun 1915. Pada tahun 1949 didatangkan ke
Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan Grass Carp atau ikan Koan merupakan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan
jenis ini memakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp., Salvinia,
rumput-rumputan dan tumbuhan air lainnya, sehingga ikan jenis ini dapat
dipakai sebagai ikan pengendali gulma air baik di kolam maupun
diperairan umum.
BIOLOGI
Ikan grass carp termasuk dalam kelas Osteichthyes, ordo Cyprinipormes, famili Cyprinidae.
Ikan grass carp dapat mencapai ukuran panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
Ciri-ciri
fisik ikan ini adalah warna abu-abu gelap kekuningan dengan campuran
perak kemilau, badan memanjang, kepala lebar dengan moncong bulat
pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
Induk
ikan grass carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan
berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg. Pemijahan biasanya terjadi
pada musim penghujan.
PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk
Induk-induk
dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2. Selain diberi
pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan juga diberi pakan buatan berupa
pellet sebanyak 1% dari berat total populasi dengan berat frekuensi
pemberian sebanyak 2 kali per hari.
Tanda-tanda Induk matang gonad :
Betina
: Perut mulai bagian dada sampai ke arah pengeluaran menbesar, bila
ditekan terasa lembek, lubang kelamin agak kemerahan dan agak menyembul
keluar serta gerakan relatif lamban.
Jantan : Dibandingkan
dengan betina bentuk badan relatif lebih langsing, sirip dada bagian
atas kasar dan bila perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar
cairan berwarna putih (sperma).
Pemijahan
Cara pemijahan ikan grass garp dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Induced breeding
Pemijahan
secara ”Induced breeding” yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang
yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan hormon
LHRH-a atau ovaprim™.
Induk betina disuntik 2 kali dengan
selang waktu 4 s/d 6 jam, apabila menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis
tetapi apabila menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan
pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
Induk
jantan disuntik cukup sekali, menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis,
bila menggunakan ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan bersamaan dengan
penyuntikan kedua pada induk betina.
Kedua
induk ikan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak pemijahan yang
dilengkapi dengan hapa, setelah 6 jam dari penyuntikan pertama induki
betina diperiksa kesiapan ovulasinya setiap 1 jam sekali, dengan cara
diurut secara perlahan.
Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin.
Setelah
tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan
stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut bagian perut ke arah
lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah/baki plastik dan pada
saat bersamaan induk jantan di-stripping dan spermanya
ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan cairan
fisiologis (NaCl 0,9 %) atau cairan Sodium Klorida.
Sperma
yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur secara
perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air
bersih dan diaduk secara merata sehingga pembuahan berlangsung dengan
baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma,
tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa
kali sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang
lebih besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih 1 jam sampai mengembang secara maksimal.
Induced spawning
Pemijahan
secara Induced spawning perlakuannya sama seperti pemijahan Induced
breeding, hanya setelah induk jantan dan betina disuntik, dimasukan ke
dalam bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
Setelah
memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan
telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah yang berisi air serta
diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara maksimal.
Penetasan Telur
Penetasan
dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm
dengan mengalirkan air dari bawah untuk memutar air yang berisi telur
agar tidak menumpuk. Padat penebaran telur 10.000 butir/corong. Telur
akan menetas dalam waktu 20-24 jam pada suhu 29°C.
Selain
di dalam hapa corong penetasan dapat juga dilakukan di dalam akuarium
(40 x 60 x 40) cm yang dilengkapi dengan aerasi. Padat tebar telur
5.000 butir/akuarium pada suhu 26 s/d 29°C, telur akan menetas dalam
waktu 20-24 jam.
Pemeliharaan Larva
Setelah
menetas larva di pelihara dalam corong yang sama , namun sebelumnya
telur-telur yang tidak menetas di buang dahulu. Lama pemeliharaan dalam
corong 4 hari. Apabila telur ditetaskan dalam akuarium , setelah
menetas larva bisa dipelihara di akuarium yang sama namun sebelumnya
telur yang tidak menetas dan ¾ bagian air di buang dahulu dan diisi air
yang baru. Larva yang sudah berumur 4 hari bisa langsung di tebar di
kolam pendederan, atau di beri pakan alami berupa nauplii
Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva dalam akuarium
selama 10 hari, air harus di ganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.
Pendederan
Pendederan Pertama
Persiapan
kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva yang
meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan
pembuatan kelamir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
Kolam
kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2,
caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian disebarkan
secara merata keseluruh dasar kolam.
Pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam. Dosis pemupukan 500 gr/m2, kemudian diisi air setinggi 40 cm.
Setelah
4 hari benih grass carp sudah dapat ditebarkan, sebaik waktu penebaran
pada pagi hari atau sore hari. Padat penebaran 100 s/d 200 ekor/m2.
Pemeliharaan
di kolam pendederan pertama selama 21 hari. Pakan tambahan di berikan
setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
Pendederan Kedua
Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan sama seperti pendederan pertama.
Padat
penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan
tambahan berupa pellet sebanyak 10 % dari biomassa dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali per hari.
Lama pemeliharaan pada pendederan kedua selama 28 hari.
PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang benih Grass Carp adalah parasit
yaitu : Trichodina, Gyrodactylus, Glosatella, Scypidia, Chillodonella,
yang biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang. Cara
mengatasinya dengan pemberian formalin 25 ppm.
0 komentar:
Posting Komentar