HAMA DAN PENYAKIT
- Hama dan Penyakit Pakan Alami
- Chlorella
- Untuk mencegah berkembangnya hama dan pengganggu, medium
dibubuhi dengan larutan tembaga sulfat atau trusi (CuSO4)
sebanyak 1,5 mg/l. Selain itu air baru yang akan ditambahkan
harus disaring dengan kain saringan 15 mikron.
- Hama yang sering mengganggu adalah Brachionus, Copepoda,
dll. Untuk memberantas hama tersebut dalam wadah 60 liter
atau 1 ton dapat dilepas ikan mujair 4-5 ekor.
- Untuk mencegah berkembangnya hama dan pengganggu, medium
dibubuhi dengan larutan tembaga sulfat atau trusi (CuSO4)
sebanyak 1,5 mg/l. Selain itu air baru yang akan ditambahkan
harus disaring dengan kain saringan 15 mikron.
- Kutu Air
- Moina yang bergerombol di permukaan menunjukkan mutu
medium menurun.
- Cendawan yang meningkat pada hari ke-3. Bila cendawan
sudah banyak, budidaya dihentikan dan bak dikeringkan.
- Bila muncul Brachionus dan Ciliata, budidaya dihentikan
dan kolam dicuci dengan larutan klorin 100 ml/m 3 dan
dikeringkan.
- Moina yang bergerombol di permukaan menunjukkan mutu
medium menurun.
- Jentik-jentik nyamuk tari (Chironomus) dicegah dengan menutup
bak dengan kasa nyamuk.
- Ulat Hongkong
Hama yang mengganggu, antara lain : semut, cecak, dan tikus. Pencegahan dilakukan dengan mengolesi wadah dengan minyak mesin (Oli).
- Chlorella
- Gangguan pada pakan buatan
- Bahan kimia yang sering mengotori bahan baku adalah obat-obatan
pemberantas hama pertanian, terutama pestisida organoklorin.
- Kotoran-kotoran, seperti : limbah industri, kotoran dari
mesin-mesin pengolahan.
- Bahan kimia beracun yang secara alami terdapat dalam bahan
baku.
- Bahan kimia yang sering mengotori bahan baku adalah obat-obatan
pemberantas hama pertanian, terutama pestisida organoklorin.
8. PANEN (Panen Pakan Alami)
- Chlorella
Chlorella dipanen dari perairan masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung diumpankan pada ikan.
- Tetraselmis
Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
- Dunaliella
Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
- Diatomae
- Pemanenan menggunakan alat penyaring pasir yang terbuat
dari ember plastik 60 l, yang bagian bawahnya dipasang pipa
PVC (d = 5 cm) yang berlubang-lubang kecil sebagai saluran
pembuangan air.
- Ember diisi kerikil yang berukuran 2-5 mm dan pasir (d
= 0,2 mm, koefisien keseragaman 1,80). Tinggi lapisan pasir
± 4/5 bagian dari jumlah seluruh isi pasir dan kerikil,
dan ± 8 cm diatas permukaan pasir dibuat lubang perluapan.
- Diatomae dari bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam bak penyaring pasir dengan pompa air dan akan tersaring oleh lapisan pasir.
- Dari lubang pengurasan dipompakan air yang akan menembus
lapisan kerikil dan pasir dan meluapkan air beserta Diatomae
melalui lubang peluapan kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
- Pemanenan menggunakan alat penyaring pasir yang terbuat
dari ember plastik 60 l, yang bagian bawahnya dipasang pipa
PVC (d = 5 cm) yang berlubang-lubang kecil sebagai saluran
pembuangan air.
- Brachionus
- Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai
100 ekor/ml dalam jangka waktu 5-7 hari atau 2 minggu kemudian
dengan kepadatan 500-700 ekor / ml.
- Panen sebagian dapat dilakukan selama 45 hari, dimana 1-2
jam sebelum penangkapan, air diaduk , kemudian didiamkan.
Brachionus yang berkumpul di permukaan diseser dengan kain
nilon no 200 / kain plankton 60 mikron.
- Panen total dilakukan dengan menyedot air dengan selang
plastik dan disisakan 1/3 bagian kemudian disaring dengan
kain nilon 200 atau kain plankton 60 mikron.
- Hasil tangkapan dicuci bersih dan sudah dapat dimanfaatkan.
- Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai
100 ekor/ml dalam jangka waktu 5-7 hari atau 2 minggu kemudian
dengan kepadatan 500-700 ekor / ml.
- Artemia
- Usaha Pembesaran
- Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia
mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan
selama 30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok
dengan seser kain halus.
- Artemia dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam
freezer.
- Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia
mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan
selama 30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok
dengan seser kain halus.
- Produksi Nauplius
Penangkapan dilakukan dengan memanfaatkan kotak keping penyaring yang dilengkapi saringan 200 mikron pada ujung pipa peluapannya. Nauplius diambil setelah yang terkumpul dalam jumlah banyak.
- Produksi Telur
- Cara penangkapan sama dengan produksi nauplius
- Telur dicuci bersih dan direndam 1 jam dalam larutan
garam 115 permil, dikeringkan selama 24 jam, 35-40 °
C.
- Penyimpanan dilakukan di kantong plastik yang diisi
gas N2/kaleng hampa udara.
- Usaha Pembesaran
- Infusoria
Infusoria dipanen dalam waktu 1 minggu, ditandai dengan perubahan warna medium menjadi keputih-putihan.
- Kutu Air
Pemanenan dilakukan dengan menghentikan aerasi, penyedotan dan penyaringan medium dengan saringan ukuran 200-250 mikron dan 800-1500 mikron untuk memisahkan dari jentik-jentik nyamuk.
- Cacing Tubifex
- Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya
dengan tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci.
- Panen total dilakukan apabila kondisi tanah dan medium
tidak dapat menyediakan makanan lagi.
- Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya
dengan tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci.
- Ulat Hongkong
Pemanenan dilakukan jika larva ulat berumur 2 bulan dan berukuran 1,5-2 cm. Caranya dengan menggunakan alat penyaring/ayakan dengan agak besar.
9. PASCAPANEN (Pakan Alami)
- Hasil panen phytoplankton dapat langsung dimanfaatkan atau
disimpan dalam bentuk basah/kering, setelah dikonsentratkan dengan
plankton net, plate separate, atau centrifuge.
- Penyimpanan stok murni phytoplankton dilakukan dalam media
cair/agar dan disimpan dalam lemari pendingin dengan masa simpan
1 bulan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
- Analisis Usaha Budidaya
Adanya kecenderungan peningkatan permintaan produksi perikanan mendorong berkembangnya usaha-usaha perikanan budidaya di Indonesia. Hal ini berarti kebutuhan benih semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut, telah diterapkan teknologi manipulasi pembenihan. Kebutuhan pakannya pun dipenuhi dari luar dengan maksud agar jumlah dan kualitas benih yang dihasilkannya bisa maksimal. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan untuk tujuan tersebut adalah pakan buatan. Akan tetapi, sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga para pembenih ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Kebutuhan ini sulit terpenuhi, karena belum ada pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami.
- Gambaran Peluang Agribisnis
Pakan ikan alami yang digunakan sebagai makanan benih ikan/udang, sebagian besar dibuat sendiri dalam satu unit pembenihan. Hal ini dirasa kurang praktis dan tidak ekonomis, sehingga masih terbuka kesempatan yang sangat luas untuk membuka usaha produksi ikan alami. Untuk sementara waktu, sasaran utama produksi pakan ikan alami adalah para mahasiswa, peneliti, atau perusahaan pembenihan udang. Tetapi dalam jangka panjang usaha ini memiliki prospek ekonomi yang baik.
11. DAFTAR PUSTAKA
- Anonimuos. 1993 Skeletonema Bebas Parasit. Dalam Techner. Volume
07. Tahun II.
- Anonimous. 1994. Ulat Hongkong untuk Ikan Hias. Techner. Volume
15. Tahun III.
- Djariah, A.B. 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Jakarta.
- Isnansetya, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton
dan Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut.
Penerbit Kanisius.
- Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
0 komentar:
Posting Komentar