Daily Mirror memberitakan, pemilik Liverpool, Tom
Hicks dan George Gillet, menyerah menangani klub dan memutuskan menjual
seluruh saham mereka dengan harga 600 juta poundsterling atau sekitar
Rp 8,3 triliun. Mereka menyerahkan semua urusan jual-beli kepada
Barclays Capital.
Hicks dan Gillet membeli Liverpool dari David Moores pada 2007
silam dengan uang pinjaman sebesar 219 juta poundsterling dari Royal
Bank of Scotland dan Wachovia Bank. Entah kenapa, di bawah keduanya,
Liverpool kesulitan membayar utang sehingga utang berkembang menjadi
237 juta poundsterling atau sekitar Rp 3,2 triliun.
Beban utang berdampak pada menurunnya daya beli Liverpool di bursa
transfer pemain. Prestasi klub pun dipertaruhkan. Tak usah jauh-jauh
menengok ke belakang, musim ini saja, Liverpool terancam gagal finis di
zona Liga Champions.
Menurut sejumlah kalangan, masalah Liverpool terletak pada
lebarnya kesenjangan kualitas antara pemain utama dan cadangan.
Akibatnya, ketika tim utama dihantam cedera, Liverpol kocar-kacir.
Liverpudlian pun bergerak melancarkan aksi protes meminta Hicks
dan Gillet menjual klub kepada orang lebih mampu. Namun, Hicks dan
Gillet bersikeras mempertahankan kekuasaannya.
Hicks dan Gillet belum betul-betul tenang, ketika kreditor
menetapkan tanggal 6 April 2010 sebagai batas pembayaran cicilan utang
sebesar seratus juta poundsterling atau sekitar Rp 1,4 triliun. Bila
tak mampu membayar, bank akan mengambil alih klub.
Karena tak memiliki cadangan dana, keduanya mempertimbangkan
menjual 40 saham mereka. Namun, beban utang membuat investor potensial
ogah bernegosiasi.
Di tengah kebuntuan itu, muncul tawaran dari Rhone Group. Mereka
siap membeli 40 persen saham Liverpool dengan harga 110 juta
poundsterling atau sekitar Rp 1,5 triliun. Rhone menetapkan tanggal 5
April 2010 sebagai batas finalisasi jual-beli.
Hicks dan Gillet sebetulnya tidak puas dengan penawaran itu.
Selain minimnya jumlah, mereka juga meragukan keseriusan Rhone Group
dalam mengelola Liverpool untuk jangka panjang. Hanya karena tidak ada
pilihan lain, mereka terpaksa menerimanya demi membayar cicilan utang.
"Rhone Group adalah firma saham privat yang mencoba mencari
keuntungan cepat. Kami selalu menginginkan kualitas. Investor jangka
panjang. Kami ingin menempatkan klub pada posisi di mana tak ada
tekanan untuk menjual pemain musim panas ini dan dengan begitu,
memberikan pelatih Rafael Benitez dukungan penuh," kata sumber Daily
Mirror yang dekat dengan Hicks.
Kebetulan. menjelang finalisasi, kreditor Hicks-Gillet memberikan
kabar gembira. Mereka memperpanjang batas pembayaran cicilan sampai
Juni mendatang. Hicks-Gillet melihat ini sebagai kesempatan mencari
investor yang lebih kredibel dan menguntungkan. Maka dibatalkanlah
negosiasi dengan Rhone.
Lagi-lagi, beban utang menjadi masalah Hicks-Gillet dalam mencari
investor ideal. Menurut Daily Mirror, ada sejumlah investor yang siap
masuk dan menanggung beban utang Hicks-Gillet. Namun, mereka hanya mau
masuk bila Hicks-Gillet bersedia menjual seratus persen saham Liverpool
kepada mereka. Hicks dan Gillet pun menyerahkan segala urusan kepada
Barclays Capital.
Sebelumnya, Benitez juga sudah mengungkapkan soal mendesaknya
kebutuhan Liverpool terhadap investor baru dan suntikan dana segar.
Menurutnya, tanpa itu, Liverpool akan sulit meningkatkan daya saing.
Bila proses pengambilalihan berjalan lancar dan selesi Juni
mendatang, Benitez bisa berharap mendapat dukungan dana pembelian
pemain. Menurut Daily Mirror, Benitez sudah membuat rencana belanja
tiga atau empat pemain top, dengan estimasi harga mencapai 80 juta
poundsterling atau sekitar Rp 1,1 triliun. (kompas.com)
makanan ikan,penyakit ikan,ikan air tawar,jenis ikan,budidaya ikan,ikan hias,ikan laut,ikan indonesia,artikel perikanan,contoh artikel,laut indonesia,gambar makanan,ikan tuna,harga ikan,morfologi ikan,kolam ikan,memelihara ikan,ikan arwana,klasifikasi ikan,makan ikan,telur ikan,jenis ikan air tawar
0 komentar:
Posting Komentar